Identitas diri seorang individu manusia harus ditentukan oleh dirinya sendiri. Tetapi, kenyataannya indentitas diri seorang manusia lebih sering ditentukan bukan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh orang lain, oleh masyarakat, ditentukan oleh definisi2 yang ada dalam masyarakat, dan masyarakat lebih mengeneralkan, menyamaratakan, dalam bentuk budaya, kebiasaan dan norma. Menjadi ekstrim kalau disebut suatu bentuk panjajahan.
Manusia dilahirkan dengan keadaan yg berbeda-beda, masing-masing individu memiliki sesuatu yg khusus, walaupun memiliki saudara kembar sekalipun, dan walau kembar siam sekalipun. Saat kita lahir ke dunia, tidak kenal siapa pun termasuk org tua kita, bayi lahir memiliki tubuh, jiwa dan pikiran sendiri, tanpa ada intervensi dari mana pun
Saat balita hanya sebagian kecil yg dapat dilakukan, lalu sedikit lebih besar, pikiran dan tubuh mulai berkembang. Saat seorang anak kecil mendefinisikan sesuatu menurut batas pikirannya sendiri, menurut orang dewasa itu bisa sesuatu hal yg salah, tapi bagi anak kecil itu adalah hal yang benar. Saat masih kecil pun seorang anak sudah bisa mengidentitaskan dirinya sendiri, memiliki kesukaan tertentu yang merupakan identitas dirinya.
Ada banyak identitas yang dibuat oleh masyarakat, identitas kelamin salah satunya. Banyak aturan, keharusan, kebiasaan, sikap, pola pikir, fisik dan lain-lain yang menjadi identitas yang ada pada laki-laki atau perempuan. Orang tua akan marah pada anak laki-lakinya yang lebih memilih bermain boneka. Identitas yang dibuat dalam masyarakat adalah anak perempuan yang bermain boneka bukan anak laki-laki. Pikiran seorang anak murni tanpa dipengaruhi hal-hal di luar dirinya yang ada di lingkungan, seorang anak tidak tau identitas-identitas apa yang harus ada pada laki-laki atau perempuan
Dalam dunia orang dewasa analoginya, bermain boneka sama dengan mengurus anak. Perempuan(istri) yang mengurus anak bukan laki-laki (suami). Apa yang terjadi bila anak laki-laki tetap memilih bermain boneka? Ketakutan orang tua adalah anaknya akan mirip perempuan. Perempuan, yang ditakuti oleh orang tua seperti suatu keburukan, mirip perempuan adalah buruk, memiliki sikap seperti perempuan adalah buruk, dan menjadi perempuan adalah hal yang buruk. Sebenarnya apakah identitas/kebiasaan/sikap/pola pikir perempuan itu buruk?
Anak sebenarnya mengalami kebingungan, karena lingkungan memiliki aturan, dan dirinya dianggap tidak mengukuti aturan, tidak mengikuti aturan adalah perbuatan salah. Kalau disambung dari cerita di atas, anak laki-laki suka bermain boneka tidak mengikuti aturan, anak laki-laki ini berbuat salah. Apakah anak laki-laki ini merugikan orang lain? Orang tuanya menyalahkannya menambah beban dan menambah kebingungan. Orang tua membela masyarakat yang membuat aturan-aturan karena orang tua adalah sudah bagian dari masyarakat, dan memposisikan anak bukan bagian dari orang tua.
Saat anak laki-laki menangis, orang tua marah mengatakan anak laki-laki tidak boleh menangis.
Menangis adalah luapan emosi manusia, kebahagiaan, keharuan, kesedihan adalah sifat yang ada dalam jiwa manusia. Saat orang tua mengatakan anak laki-laki tidak boleh menangis sama seperti mengajarkan anak laki-laki untuk tidak memiliki emosi, mengungkapkan perasaan yang ada di jiwanya, mengajarkan anak laki-laki untuk tidak menjadi manusia.
Hal yang diungkapkan seorang anak adalah hal yang murni keluar dari pikiran, jiwa dan raganya tanpa ada suatu aturan yang dibuat oleh lingkungan atau masyarakat.